BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa
balita adalah periode perkembangan fisik dan mental yang pesat. Pada masa ini
otak balita ibu telah siap menghadapi berbagai stimuli seperti belajar berjalan
dan berbicara dengan lancar.
Masa
balita juga merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat,
sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap Kg berta badannya. Anak
balita ini justru merupakan kelompok umur paling sering menderita akibat
kekurangan gizi (KKP).
Di
Indonesia anak kelompok balita menunjukkan prevalensi paling tinggi untuk
penyakit KKP dan defisiensi Vit. A serta anemia defisiensi Fe. Kelompok umur ini
sulit dijangkau oleh berbagai upaya kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan
lainnya, karena tidak dapat datang sendiri ke tempat berkumpul yang ditentukan
tanpa diantar, padahal yang mengantar sedang libur semua.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan \Latar belakang diatas
maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
1.Apa
saja prinsip seimbang pada balita?
2.Bagaimana
cara pengelolaan bahan makanan pada balita?
3.Apa
saja faktor-faktor yang mempengarui pemberian makanan pada balitan?
4.Kondisi
dan anggapan orang tua yang bagaimana yang merugikan balita?
5.Pengaruh
gizi apa saja yang mempengarui pertumbuhan dan perkembangan seorang
Balita?
6.Menu
apa saja yang seimbang bagi balita?
7.Makanan
yang harus dihindari bagi balita?
D.Metode
penelitian
Penulis menggunakan metode studi pustaka pada makalah yaitu dengan cara
membaca buku-buku dan mencari informasi dari media lain yang berkaitan gengan
masalah yang kami bahas dalam makalah ini.
F.Sistematika
Karya tulis ini terdiri dari tiga Bab I Pendahuluan,Bab II Isi,dan Bab
III Penutup.
Bagian awal makalah ini adalah Bab I Pendahuluan.Bab ini memberi
petunjuk arah pembicaraan yang meliputi Latar Belakang ,Rumusan
Masalah,Tujuan,Metode Penelitian,Sistemati
BAB
II
ISI
A. Prinsip Gizi Seimbang Pada Balita
Masa
balita adalah periode perkembangan fisik dan mental yang pesat. Pada masa ini
otak balita ibu telah siap menghadapi berbagai stimuli seperti belajar berjalan
dan berbicara lebih lancar.
Perlunya
perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa
kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih).
Ada
usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung
zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia
ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai
lanjut.
B. Pengolahan Bahan Makanan
Pemberian
makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah
dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan
lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.
Pemberntukan
pola makanan perlu diterapkan sesuai pola makanan keluarga. Peranan orang tua
sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam
hal ini harus mengetahui, mau dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau
sehat dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orang tua dan
orang-orang disekelilingnya dalam keluarga.
Makanan
selingan tidak kalah pentingnya dengan apa yang diberikan pada jam diantara
makanan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup
menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun pemberian yang berlebihan
pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis
makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging
sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, pizza dan
lain-lain.
Fungsi makanan
selingan adalah :
1. Memperkenalkan
aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.
2. Melengkapi
zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang, dan
malam).
3. Mengisi
kekurangan kalori akibat banyaknya aktifitas anak pada usia balita.
Ciri-ciri gizi buruk :
1. Kurus,
rambut kemerahan
2. Perut
kadang-kadang buncit
3. Wajah
konfase (cekung) untuk monkey fase (keriput)
4. Cengeng
5. Kurang
respons
C. Faktor
– faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Makanan
1.
Pengaruh ibu : Kurangnya pengetahuan ibu dan
keterampilan
yang mempengaruhi gizi di bidang memasak, konsumsi anak, keragaman bahan
makanan.
2.
Prasangka buruk : Anggapan terhadap jenis makanan
tertentu
yang bisa mempengaruhi gizi, misalnya anggapan terhadap anak kecil yang suka
makan ikan bisa menyebabkan cacingan.
3.
Pantangan : Pantangan terhadap makanan tertentu
yang
telah menjadi kebiasaan yang mempengaruhi gizi, misal pantangan terhadap anak
yang suka makan daging yang biasanya yang terjadi di daerah pedesaan.
4.
Kesukaan yang berlebihan : Kesukaan yang berlebihan terhadap
suatu
jenis makanan tertentu yang mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi
yang diperlukan. Misal kesukaan yang berlebihan terhadap coklat.
5.
Jarak kelahiran yang terlalu cepat : Jarak antara
dua kelahiran yang
terlalu rapat
yaitu kurang dari
1
tahun.
6.
Sosial ekonomi : Tingkat penghasilan
keluarga yang
mempengaruhi
status gizi kurang pada balita yang dihubungkan dengan jumlah anggota keluarga.
7.
Penyakit pada anak : Penyakit
yang diderita pada
anak
yang
menyebabkan terganggunya status gizi balita.
D. Beberapa Kondisi dan Anggapan Orang
Tua Yang Merugikan Balita
1. Anak
BALITA masih dalam periode transisi dari makanan begi ke makanan orang dewasa,
jadi masih memerlukan adaptasi.
2. Anak
BALITA dianggap kelompok umur yang peling belum berguna bagi keluarga, karena
belum sanggup ikut membantu menambah kebutuhan keluarga, baik tenaga maupun
kesanggupan kerja penambah keuangan. Anak itu sudak tidak begitu diperhatikan
dan pengurusannya sering diserhkan kepada saudaranya yang lebih tua, tetapi
sering belum cukup umur untuk mempunyai pengalaman dan keterampilan untuk
mengurus anak dengan baik.
3. Ibu
sering sudah mempunyai anak kecil lagi atau sudah bekerja penuh, sehingga tidak
lagi dapat memberikan perhatian kepada anak BALITA, apalagi mengurusnya.
4. Anak
BALITA masih belum dapat mengurus diri sendiri dengan baik, dan belum dapat
berusaha mendapatkan sendiri apa yang diperlukannya untuk makanannya. Kalau
makan bersama dalam keluarga, anak BALITA masih diberi jatah makanannya dan
kalaupun tiadk mencukupi, sering tidak diberi kesempatan untuk minta lagi atau
mengambil sendiri tambahannya.
5. Anak
BALITA mulai turun ke tanah dan berkenalan dengan berbagai kondisi yang
memberikan infeksi lain, padahal tubuhnya belum cukup mempunyai immunitas atau
daya tahan unttuk melawan penyakit atau menghindarkan kondisi lain yang
memberikan bahaya kepada diriya.
E. Pengaruh
Gizi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Kesehatan seorang
balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang terserap didalam tubuh. Kurangnya gizi
yang diserap oleh tubuh mengakibatkan mudah tersrang penyakit, karena gizi
memberi pengaruh yang besar terhadap kekebalan tubuh.
Beberapa penyakit yang
timbul akibat kurangnya gizi antar lain diare, disentri, gondok, busung lapar.
Defisiensi Kurang Kalori Protein (KKP), Defisiensi Vit. A, Defisiensi Yodium,
Anemia, Marasmus, Kwashiorkor dan beberapa penyakit lainnya.
Gizi bukan hanya
mempengaruhi kesehatan tubuh, tetapi dapat juga mempengaruhi kecerdasan.
Apabila gizi yang diperlukan oleh otak tidak terpenuhi, otak akan mengalami
pengaruh sehingga tidak dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi
genetiknya.
F. Menu Seimbang Bagi Balita
1. Karbohidrat
Seperti nasi, roti, sereal, kentang
atau mie.
2. Buah
dan Sayur
Seerpti pisang, pepaya, jeruk,
tomat, dan wortel. Jenis sayuran beragam mengandung zat gizi yang berbeda.
3. Susu
dan Produk Olahan Susu
Susu pertumbuhan, produk olahan
susu seperti susu dan yoghurt. Pastikan balita ibu mendapatkan asupan kalsium
yang cukup dan konsumsi susunya.
4. Protein
Seperti ikan, susu, daging, telur,
dan kacang-kacangan.
5. Lemak
dan Gula
Seperti yang terdapat dalam minyak,
santan, dan mentega, roti, dan kue juga mengandung Omega 3 dan 6 yang penting
untuk perkembangan otak.
G. Makanan Yang Perlu Dihindari
1. Makanan
yang terlalu berminyak, seperti junk food
dan makanan berpengawet sebaiknya dihindari.
2. Penggunaan
garam, bila memang diperlukan sebaiknya digunakan dalam jumlah sedikit. Dan pilih
garam beryodium yang baik untuk kesehatan. Bila memberli makanan dalam kemasan,
perhatikan juga kandungan garamnya.
3. Aneka
jajanan dipinggir jalan yang tidak terjamin kebersihan, telur, dan kerang.
4. Karena
seringkali menimbulkan alergi bahkan keracunan bila ibu tidak jeli memilih yang
segar dan salah pengolahannya. Biasakan mengolah telur sampai matang untuk
menghindari bakteri yang kacang-kacangan. Karena bisa jadi pencetus alergi.
5. Jangan
berikan kacang bila si balita belum terampil mengunyah karena bisa jadi balita
akan tersedak.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa balita adalah periode perkembangan fisik dan
mental yang pesat. Pada masa ini otak balita ibu telah siap menghadapi berbagai
stimuli seperti belajar berjalan dan berbicara dengan lancar. Pada usia balita
juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai
umur. Makanan keseimbangan pada usia dini perlu diterapkan karena akan
mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
B. Saran
1. Bagi
para ibu agar tetap menjaga kebutuhan gizi seimbang bagi balitanya.
2. Bagi
tenaga kesehatan, agar melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu pedesaan akan
perhitungannya pemenuhan gizi seimbang pada balita.
DAFTAR
PUSTAKA
Djaelani,
Ahmad Sediotama. 2002. Ilmu 9121. Jakarta. Dian Rakyat Laksamana, Hendra
T. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta :
Djambatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar